Thursday, June 19, 2014

RINJANI, 2012 -- "TAPAK AWAL RUKUK GUNUNG" by. Idep Mehan & Budi Abit

Terakhir tahun 2000 saya menginjakan kaki di tanah Bumi Gora. Ketika itu backpacking sambung menyambung bis mulai dari Jogja - Banyuwangi - Bali - Padang Bai - Lembar - Mataram dengan modal 500 ribu untuk seminggu penuh. Sekarang sih kondisinya sudah sedikit berbeda: duit insyaAllah ada tapi waktu lowong itu yang luar biasa susahnya (dengan kata lain: visa dari keluarga). Tapi hasil dari kicauan iseng-iseng di twitter menakdirkan kami untuk kembali: Bandara Internasional Lombok. Rabu pagi 20 Juni. Kembali demi untuk mendaki gunung Rinjani, 3.726 mdpl.


Kami dijemput oleh pak Anwar. Sejenis driver setengah radio FM. Radio karena cerita pak Anwar banyak sekali tak habis-habis. Mulai dari curhat, cerita mesum sampai joke-joke klasik kering. Tapi selera mastengnya itu yang membuat tidak biasa. Bagi pak Anwar hidup itu harus berprinsip BMW: Bodi Mengalahkan Wajah. Karena itulah cap masteng pantas kami sematkan. Ya BMW itu tadi: sing penting bodi rupo keri. Kicauan pak Anwar menemani perjalanan sepanjang Praya - Sembalun Lawang. Tak lupa album The Best of Ebit G. Ade volume 2 sebagai lagu latar belakang. Agak salah sih, We Are Golden nya Mika mungkin lebih pantas untuk memompa semangat tua mendaki kami. Bukannya malah satu album penuh dari bapak galau nasional Republik Indonesia yang sebenarnya jauh melintasi jamannya (kosakata galau umum dipakai bahan kelakar komunitas shoegaze di Indonesia sekitar tahun 2000 ketika the Milo merilis Romantic Purple sebelum akhirnya direbut paksa menjadi istilah gaul ABG lalu sukses menjadi penanda status alay. Sedang tuan Ebit G. Ade belasan tahun jauh sebelum itu. Pionir).

Perjalanan darat menuju Sembalun Lawang ini merupakan kenikmatan tersendiri. Melihat kehidupan lain, kebiasaan lain, suasana lain suatu daerah. Lombok dengan alam datarnya, sehingga Rinjani terlihat dari mana saja. Jalan kelas kabupaten di Lombok relatif lebih kecil dan bisa jadi sekelas jalan  kecamatan di Jawa. Tapi trafficnya wow deh. Kalau menurut anda jalanan Jakarta itu sudah menantang, anda harus merasakan menyetir mobil di Lombok. Gaya bermotor disini hanya akan membuat skills sopir Mayasari Bakti dan Metromini di Jakarta sekelas Olga Syahputra belajar sepeda. Kita harus ekstra super hati-hati banget sekali. Di Praya kami menyempatkan mengisi perut dulu, maklum selepas subuh dari Jakarta tadi kita sudah langsung berangkat ke bandara. Jadi tidak sempat sarapan dan sarapan di bandara itu sudahlah gak enak mahal pula. Rugi. Saya orang Padang. Entah benar-benar enak atau memang kami saja yang sedang lapar tapi serius Plecing ayam Praya jauh lebih enak daripada ayam Taliwang di Mataram. Kami makan dengan formasi portugal, porsi tukang gali kata pak Anwar terkekeh dengan kulit cabe masih tersisa di sudut giginya. Masih pak Anwar dengan singkatan-singkatan absurdnya.

The most beautiful village -- ever seen

Kira-kira lepas Ashar akhirnya sampai juga di Sembalun Lawang, dusun kecil di kaki sisi timur Rinjani. Rasanya keterpencilan nya menjadi impas karena alam dusun ini yang sudah seperti negeri Gondor, Mordor dan Rohan di Middle Earth. Gandalf mungkin minat untuk pindah kesini. Dikelilingi bukit-bukit berlekuk dengan urat punggung yang kekar. Setiap pagi dan sore disiram penuh sinar matahari dari sisi yang berbeda. Karena terpencil itu mungkin fasilitas turis-treking nya jadi kurang terawat (dibandingkan Senaru, jauh). Rencananya kami menginap semalam di Maria Guest House milik pak Diralam. Dengan tarif IDR 250,000 per malam sebenarnya cukup mahal untuk sebuah wisma sederhana dan sepiring nasi goreng hambar-dingin. Tapi tak apalah, ya yang begini ini manfaat wisata dengan fasilitas lokal. Efek dominonya untuk warga lokal. Bukan Agung Podomoro grup, bukan Bakrie Land, bukan Ciputra, bukan pula korporasi tambun lainnya. Adalah tugas Menbudpar untuk mengedukasi talen-talen lokal ini agar lebih sadar wisata. Karena tidak harus mewah, bersih saja cukup. Pada pendakian kali ini hampir semua perlengkapan, peralatan termasuk tenaganya (baca: porter) kami sewa. Selain praktis, ini adalah bentuk sadar diri kalau sekarang kami ini sudah berduit (baca: sudah berumur).  Jadi malam itu praktis kami hanya duduk-duduk saja, sementara 2 porter kami packing dan belanja. Besok harus jalan pagi-pagi betul, untuk menghindari panas menyengat di jalur bermedan sabana.

Tips disetiap traveling, kita haruslah orang pertama yang memerawani MCK publik. Mau traveling lokal atau interlokal. Mau di Barcelona, Rotterdam, Purwokerto, Cardiff, Aberdeen, Tumpang begitu juga di Sembalun kali ini. Harus bongkar muat karena beberapa hari kedepan hanya akan ada MCK kualitas go-green. Di atas rumput dan di bawah langit. Sukur-sukur gak digigit semut. Kurang afdhol dan mustajab lah. 
Twin brother Wonosari


Selesai melapor ke posko pendakian, membayar bea masuk yang hanya IDR 10,000. Segeralah kami naik ojek. Loh kok ojek?! Ya iyalah ojek, jangan kayak orang susah dong. Hidup di milenum Twitter dan Facebook begini moda transportasi ojek terbukti bermanfaat menghemat 5 kilometer pertama kami. That’s what ojeks are for nasihat eyang Dione Warwick.

This is Classy Hikers
Akhirnya rombongan ojek kami sampai di Jembatan titik awal pendakian. Setelah mengencangkan mur dan baut di kaki, juga berfoto-foto selagi muka masih bersih berseri. Meski salah memakai sepatu tapi tak mengapa karena memang tujuannya ya kalau di foto harus sedikit gaya dan trendi (kelak ketika turun gunung jalur Senaru baru tahu kalau sepatu yang ukuran pas itu perlu). Urusan gagal puncak belakangan. Medan pertama pendakian Rinjani dari jalur Sembalun ini adalah padang sabana dengan elevasi medium sampai pos 3. Biasanya muka, leher dan lengan akan gosong tanpa terasa karena suhu yang dingin. Beruntung kondisi cuaca agak mendung saat itu jadi tidak begitu merusak lip gloss, sun-block, foundation dan maskara kami: yuk daki yuk cyin.

Still fresh -- Baru turun ojeg
Sedari pamit lapor berangkat dari posko Sembalun memang hanya rombongan kami yang nampak. Ketika istirahat di posko 1 barulah para porter-porter lain menyalip kami. Mereka membawa 15 orang Malaysia katanya. Sekadar informasi, tongkrongan para porter ini cukup meruntuhkan kepercayaan diri pendaki.


Sementara kita heboh dengan perlengkapan ini itu, bapak-bapak itu cukup bersandal jepitan, kaus tipis, sarung dan pikulan. Pikulan abang-abang tahu gejrot ya bukan caril  Deuter, Jack Wolfskin, Gregory atapun Quechea.
Instaboy and Pemuda nasdem





Kita sudah pit-stop 5 kali, bapak-bapak itu cukup sekali. Sambil kretekan. Kita jalan duluan, mereka masih duduk-duduk eh masih bisa disalip juga. Ya sudahlah ya, mereka kan orang lokal, kita kan orang kota. Jangan dibanding-bandingin lah. Rumput tetangga memang selalu lebih hijau. Apa sih.
Porter -- Pahlawan tanpa tanda jasa
Rinjani Outcrop 
Akhirnya di pos 3, jadwal kami untuk rehat lebih lama untuk sekalian makan siang. Sebenarnya hanya Indomie rasa Ayam Bawang sih (bukan notes berbayar, akun tidak ada hubungan bisnis apapun  dengan Indofood) tapi serasa sedang makani Carbonara nya Basilico (bukan notes berbayar juga, lah wong penulis belum pernah makan di Basilico sebatas baca menu di pintu masuk.ini biar keren dan terkesan gawul saja). Di pos 3 inilah baru kami bertemu ramai dengan rombongan lain, herannya hampir semuanya ekspatriat. Ada pasangan dari Jerman, rombongan dari Perancis, Kanada dan rombongan besar Malaysia tadi. Mereka berencana untuk mendaki Rinjani, bermalam di Gili sebelum bermain rafting di Bali.


Senang rasanya mendengar rencana mereka. Jauh-jauh dari Malaysia si Truly Asia untuk ke Indonesia yang Asia Sebenar-benarnya. Akan ada banyak pak Diralam-pak Anwar lain yang mendapat rezeki lebih efek domino ekonomikal di setiap perjalanan turis. Amin.

Break your time or break your leg
Dari pos 3 ternyata kami harus menghadapi bukit penyesalan. Jalur mendaki yang memberikan ilusi sebuah bukit yang selalu muncul bukit baru setiap kali kita berhasil mendakinya. Bikin stres. Tak habis-habis. Memberikan tekanan psikis kelelahan. Untuk berbalik arah kembali pulang sudah jauh sedang untuk terus naik tidak jelas dimana ujungnya. Konon begitulah asal nama bukit penyesalan. Tapi kami masih beruntung karena cuaca saat itu malah jadi mendung dan gerimis. Seandainya cuaca sedang cerah panas pasti akan jauh lebih berat. Seorang teman keram jadi sedikit memperlambat laju pendakian (lumayan buat alasan istirahat berkedok menunggu dia memastikan selamat). Belum lagi hujan dan gerimis yang berganti-ganti jadi repot bersalin mantol berulang-ulang. Akhirnya setelah hampir 4 jam pendakian bukit penyesalan kami (lebih tepatnya tinggal saya berdua karena rekan yang lain melaju) sampai juga di puncak plawangan Sembalun.
Wellknown -- Enam Bukit Penyesalan

Bersama 4 orang Malaysia yang sama payahnya dengan kami, masalahnya iPod mereka memainkan musik rock-rock melayu sepanjang bukit penyesalan. Bisa jadi itu salah satu sebab tenaga kami terkuras habis. Saya merasa terus dibuntuti Nike Ardila, Inka Christy dan Iklim Band sepanjang perjalanan. Eh jangan pernah anggap enteng mendaki bukit penyesalan di Rinjani dengan diiringi musik rock melayu Malaysia. Sekali-sekali coba saja kalau berani.

Afternoon shower -- Plawangan Sembalun 03pm
Plawangan Sembalun sebenarnya adalah pos terakhir kami sebelum berburu summit attack. Karena sedang musim panas - dimana cuaca kering memang lebih nyaman untuk melakukan pendakian - jadilah area perkemahan penuh sekali.


Ada sekian belas blok kelompok. Dilihat-lihat hampir semuanya ekspat, hanya ada rombongan kami yang berempat plus tetangga tenda sebelah yang orang lokal.

Posisi tenda kami cukup nyaman, ada pohon-pohon dibelakang yang menjadi perisai angin. Sedangkan didepan adalah puncak Rinjani kukuh, kekar, dengan urat-uratnya yang seperti menyepelekan kami para om-om tua ini. Baiklah, kami memang harus istirahat lebih cepat karena nanti pagi-pagi buta harus bangun untuk mengejar sunrise. Lihat saja.





Summit Attack -- .
Malam itu kami bobo seranjang. Saya dan duo maho bersaudaro asal padang Tuan Idep dan Pemuda Nasdem. sementara Om Ukih terpaksa bergumul mesra dengan dua porter kami yang walau tua namun masih "kuat melayani" #halah. Jam 2 dinihari Dengan manisnya seorang bapak porter mngetuk pintu tenda satu persatu. dengan malasnya sy bangun, ngucek2 mata, dan sibuk nyari headlamp petzl hijau sisa jatah explorasi karna dalam tenda gelap sekali. 

"Pagi tuan muda.. mari bangun dan siap2 serangan fajar" kata porter tua menyemangati kami. "Baik Pak" *sambil lap iler*. 15 menit siap2 pakai celana dan jaket goretex hangat, wind breaker, kupluk dan head lamp. gak lupa tas kecil yang cukup berisi air dalam hydro pack, snack ringan, kamera dan HP buat check in foursquare + jadi instaboy. 
Sunrise hari itu -- Selalu dramatis
Tanpa guidance dr porter yang memilih istirahat daripada 50ribu tambahan dr kami sbagai biaya muncak, kami mulai menapaki tanah kering yang dingin mngikuti jalur para pendaki lain. nampak dr kejauhan iringan pendaki yang berheadlamp bagaikan barisan kunang2 yang berkedip2 bergerak menuju puncak Rinjani. 1jam, 2jam, 3jam perjalanan jalur pendakian makin terjal udara makin tipis dan kerongkongan jadi cepat haus. Dari ufuk timur terlihat matahari mulai mencoba mengintip kesusahpayahan kami menginjak pasir2 leher Rinjani. 
Sekitar 100m sbelum puncak, akhirnya kami pun memutuskan untuk stop mendaki dan mulai hunting sunrise. Ingat!! bukannya kami menyerah. namun kehabisan minum yang dialami Bro Iyan Pemuda Nasdem dan kenyataan bahwa kemarin dia kebanyakan "menelan" krim susu kambing di 6 Bukit Penyesalan memaksa kami berhenti berjuang (hahahaha *setel lagu mencari alasan -- band malay) tidak lupa kami ingat saat itu para porter sempat merekomendasikan kami untuk istirahat dan stay di kamp 2 bareng monyet gunung Rinjani hahahapeuk.
Barujari Volcano  dan Agung Mountain, Bali mengintip dari kejauhan -- View dr "puncak rinjani"
Empat Om2 Keren Rukuk Gunung Society
1 jam di leher Rinjani kami isi dengan potret sebanyak banyaknya. Gaya duduk, berdiri, jongkok, maho2  meteor garden sampai The Matrix nya Keanu Reeves menjadi andalan. ditambah skill photograph kompo Om Ukih membuat hasil poto kami ciamik untuk kenangan stelah pulang nanti.

Ahhhh. Indahnya pemandangan Gunung Muda Barujari ditengah2 Danau Segara Anak diujung sana Gunung Agung mengintip dengan manisnya di Pulau Sebrang.


Puas mengabadikan momen sunrise dan puluhan calon profile picture buat account Socmed. Kami bergegas turun ke camping ground kami hari pertama Plawangan Sembalun.

Latar tembok Mordor ala ala background film Lord Of The Ring menyapa sepanjang jalur turun. Kami turun degan cepat dan disambut wangi aroma sop ayam buatan bapak porter tercinta *tsaahhh kapan lagi makan sop ayam di gunung. Teh manis hangat nya pun sudah siiap tuan muda. :)

Kopi pagi -- Tuan muda menunggu sarapan

Selepas sarapan sop ayam khas plawangan sembalun itu, kami pun tidur2 santai sambil ngerokok ngopi depan tenda. diiringi lagu "Slank -- Tepi Campuhan" (Kebayang ajibnya). sekitar pukul 9 kami packing kembali barang bawaan kami dan beringsut menuju lokasi camp berikutnya "Tepi danau Segara Anakan" (enak sekali para porter yang beres2 tenda, matras, kompor dan panci kotornya haisshh).
Walau berjalan 1-2 jam lebih dulu, tetap saja para porter tua itu membalap kami dengan ceker mautnya. Jalur menurun yang hampir 90 derajat kemiringannya mreka tapaki tanpa masalah, padahal beban pikulan dipundak terlihat jauh dari keadaan stabil. Tapi ya tetap saja kalau diistilah sepakbola "Mereka lah yang punya kandang".
Enaknya pakai porter --
yang malas ga perlu gendong tas :D
Run for your life
Tembok besar dengan urat urang batuan intrusi terlihat memukau disisi barat dataran tinggi Rinjani. Menjadi santapan mata sepanjang jalur menurun ke kawasan camping ground Segara. Banyak yang mnyebut petilasan Dewi Anjani ini adalah danau tempat dia mandi setiap berkunjung ke bumi. Yahh sekedar folklore yang kadang membuat kita merasa tertarik dan penasaran untuk mengetahui cerita rakyat sebenarnya. Kekayaan Indonesia gak sekedar alam namun cerita rakyat dan hikayat juga termasuk didalamnya. Kata pak guru jaman sekolah rakyat dulu.
Danau Segara -- posisi bersih
Cocoklah Rinjani dinyatakan sebagai gunungnya para bule. karna sepanjang jalur kami bertemu dengan rombongan rombongan expatriate berambut pirang yang menggunakan jalur berlawanan. Mereka mulai dari Senaru dan berakhir di Sembalun.
Segara surga -- Dari kejauhan
Crater Segara -- dengan dinding bendungan alaminya
Tak terasa, Sekitar pukul 3 sore kami tiba di sisi danau Segara. kami pilih lokasi camping yang kering, aman dan mulai mendirikan tenda.
Reflection -- Lake Segara
Gagah nya Gunung Barujari yang berefleksi dengan permukaan danau membuat pemandangan sore itu begitu menakjubkan.


Sebenarnya sore itu bapak porter tua mengajak untuk melihat mata air panas yang dekat disana. Namun kelelahan dan bosen dengan tampilan thermal feature yang itu2 saja membuat kami dan terutama saya malas. Kami pun terlelap tidur siang sejenak mengatasi kelelahan di perjalanan.
Fishing -- Segara

Hari mulai gelap, dingin mulai menusuk dan bapak porter mulai memanasi panci dan memasak nasi.
Menu malam ini nasi telor dadar. dengan lincahnya dia memasak bagai seorang chef handal.

Kira kira 1jam memasak dan menu siap disajikan. Memang ndeso dan apes si Tuan Idep anak gunung asal wonosari, telor yang hanya satu2 nya terjatuh akibat kurang sigap dalam menerima umpan dari pak tua. Terpaksa makan telor dadar dengan taburan pasir volkanik Rinjani :( .
Starlight -- Segara

Dan malam itu cuaca cerah, Sapaan gugusan bintang galaksi bimasakti tepat diatas kepala kami cukup untuk menutup dengan indah malam terakhir kami di Gunung Rinjani. Sekedar iseng Om Ukih sang ahli kompo membuat tripod jadi2an dengan menggunakan ranting2 pohon dan karet gelang plus tali rapia seadanya. Cukup untuk menjaga potretan lebih stabil sehingga bisa menangkap cahaya dengan shutter speed sangat lambat. Momen pun terabadikan starligth segara :).

Our camp --  Orange Lafuma Campo Tent ;)
Pagi pagi sekali kami sudah bangun dan packing semua alat2 kami. rencananya kami ingin cepat2 turun gunung dan menikmati pantai di Santai Inn Sengigi. Hari masih gelap, mata masih lengket dan dingin masih menusuk tulang selangkangan. Namun dengan semangat kami yang berkobar akhirnya bangun juga. Jam5 kami sudah siap dengan caril dan day pack masing2. Tenda dan alat masak akan dibereskan Pak tua porter seperti biasa.

Kami mengatur tempo dan bergerak seduluan mungkin dari mereka karna tau tetap bakal dikejar :D. Jam 5 tepat kami mulai menapaki dinginnya tanah tepi danau Segara. Berjalan menuju arah timur jauh. kami harus mendaki ke Plawangan Senaru sebelum akhirnya turun hingga tiba di gerbang pendakian Senaru.

Masih gelap gulita kami mencoba mencari cari jalur yang benar dan diridhoi Allah. Karna tidak ada guide yang menemani. Seakan firasat buruk mulai terasa, ketika melintasi beberapa percabangan dan sungai kecil kita coba menelusurinya tapi ternyata "sarang tokai" hahaha. Untung tidak ada yang nginjak ranjau darat disana. Akhirnya kami balik arah dan mencoba jalur lainnya. Dari kejauhan senter kecil terlihat mulai mengejar kita, dan benar mereka adalah dua porter kita. Percuma buru buru, nyasar dan ujung ujungnya bareng mereka juga.

Menuju Plawangan Senaru
Satu jam perjalanan dengan perut yang dingin. Saya merasakan kontraksi otot usus besar. Dengan ijin kawan2 seperjuangan sekaligus mereka minta waktu untuk ngambil napas tambahan "rokok sebatang" saya mulai mencari spot yang bagus untuk betelor. Setelah lega proses bongkar muatan, perjalanan pun dilanjutkan dengan trek slope yang lebih menantang. Sekitar pukul 6 mentari mulai memperlihatkan kekuatannya. Sepanjang perjalanan mendaki terasa di punggung kami terhangatkan sinar paginya. Jalur melipir jurang ini cukup menyita tenaga. Mesti extra hati hati karna ada beberapa jalur bekas longsoran dan masih rawan longsor kembali. Dengar2 beberapa hari lalu ada pendaki yang jatuh disekitar jatuhan batuan ini. 

Rinjani -- Salah satu tujuan napaktilas ini
Classic spot photography
Sekitar 4 jam mendaki akhirnya kami sampai di Plawangan Senaru. Lokasi camping ground bagi pendaki yang menggunakan jalur masuk Desa Senaru. tidak kalah indah karna posisi yang sejajar antara Plawangan, Danau Segara dan Puncak Rinjani bisa dilihat dalam satu garis lurus. Mungkin ini adalah the best & classic spot yang biasa kita lihat majalah2 yang membahas keindahan Gunung Rinjani. "Dan dari sini nama anak saya berasal!!" :)


Spot to Plawangan Senaru

Mungkin hanya 1 jam kami meredakan tension di betis dan mengencangkan baut2 kaki. Sambil berpoto dengan kamera dan handphone seadanya karna kamera utama sudah habis masa tayangnya. Kami mulai merapikan barang bawaan dan meringsek turun menuju pos berikutnya. Tidak ada kejadian yang terlalu spesial karna disetiap momen turun gunung yang ada di kepala hanya cepat cepat sampai dibawah dan istirahat disana.




Waktu tempuh turun jauh lebih cepat dari saat mendaki. Karna tidak terlalu lelah, kami tidak banyak beristirahat di perjalanan tersebut. Hanya butuh sekitar 4 jam dari Plawangan untuk melewati beberapa pos dan akhirnya tiba di gerbang pos pendakian Desa Senaru.  Sembari menunggu rekan-rekan lain kami sempat meluruskan kaki, numpang charge HP dan ngobrol dengan para petugas pos pendakian Rinjani.


Tak berapa lama setelah semua berkumpul dan lengkap. Bapak sopir mobil yang kami sewa pun tiba dengan senyum sumringah. Dengan sigap seluruh alat-alat pendakian kami masukan dalam mobil Avanza dengan audio set spesial edition Ebiet G. Ade tersebut. Uang yang telah dikumpulkan bendahara pendakian sejak awal. Mulai kita sebar. Bayar porter 3 harian + tip, sewa tenda, sewa kompor dan alat masak. Kami pun pamit serta berterimakasih seberat beratnya pada para porter tua yang kami kagumi. Walau mereka sempat underestimate tim kami tapi akhirnya kami berhasil mnyelesaikan pendakian dengan sempourna. Sesuai motto tim Rukuk Gunung -- "Puncak hanyalah bonus.. Pulang dengan Selamat adalah tujuan utama".

Kami pun meninggalkan Desa Senaru dengan puas hati. mampir sebentar untuk sekedar makan siang di restoran khas Lombok yang menyajikan Ayam Taliwang. Dan akhirnya menikmati hari terakhir kami di Pulau Surgawi itu dengan menginap di Hotel Santai Inn, hotel kualitas backpacker bintang lima dengan harga kaki lima (kayak tagline De Cost) :D.

Sampai saat ini masih jelas dalam ingatan kami. Sore itu Laila Nurjanah gadis blasteran Londo Lombok sang pemilik hotel menyambut kedatangan kami dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat singkatnya.

Lombok Juni Awal Musim Panas 2012.
Atas nama anggota Perkumpulan Rukuk Gunung iNDONESIA,

"Life is equal with the adventure within -- struggle with some friends, tears and laughters" 

On Behalf of Perkumpulan Rukuk Gunung;
Budi Abit --

(1 PR selesai --)




Friday, May 2, 2014

"MAGNIFICENT KINABALU, 2010" By Budi Abit

 MAGNIFICENT KINABALU

Hmmmm Heloo blogger....Kinabalu, 2010. Sbenernya planning gw dari desember 2009 oleh Karash Adventure; tapi februari 2010 baru brangkat!!!! katanya musim kering di sabah malaysia adalah februari akhir sampai mei...oke aja...gw siap2...smua gears, tools, trutama persiapan summit attack yang lebih urgen karena dilakukan pada dini hari...




hari H nya pake taxi diantar sm pacar ke bandara internasional sukarno hatta; makan padang dulu siang2 di bandara...check in; ngurus passport ini itu; fiskal dan tetek bengeknya..makan waktu smp sore..padahal magrib baru take off


pesawat landing di Kinabalu airport, ngurus imigrasi, baggage claim....smp kota kinabalu hampir tengah malam; lanjut dinner bersama tim di Kedai Makan Kinabalu...gw iseng take photo2 gak penting di kota kinabalu...langsung berlanjut tidur di Explorer Backpacker Lodg


besoknya mulai perjalanan ke Kaki Gunung Kinabalu National Park...naek bus pariwisata AC yg sopirnya ternyata orang Maluku.


smp Taman National Kinabalu; tim Karash ngurus perijinan..gw sarapan bubur gak jelas...rasanya jahe smua di Little Resto Kinabalu. kenyang kagak; sakit perut iya 



Beres sarapan; nyetorr dulu wkwk...lanjut dapet pengarahan dari guide2 lokal Malaysia. beres poto2 tim Kinabalu Karash. mulai di starting point Timpohon Gates...


Timpohon Gates - pintu motivasi!!!!

 jam 11 lewat ...baru masuk pintu; sbelah kanan ada papan pengumuman.. pemegang rekor climbing Kinabalu tercepat tahun 2009..ada 3 versi "man" "women" dan "veteran"...wkwkwk...




jalan awalnya beriringan, ngasih unjuk badge number ke petugas Timpohon Gates, langsung mulai ngacirr duluan..jalur cukup terjal..tapi safe bgt dengan tangga2 kayu dan hand railsnya hutan masih asri, hijau, ada curug2 kecil dan tumbuhannya bikin perjalannan adem ayem...hebatttt!!! gak kerasa udah paling depan sampai ngelewatin shelter jalur Kinabalu; shelter Kandis, Ubah, Lowi , Mempening, dan tmpat makan siang gw di Layang2 Hut!!! tiap shelter pasti ada gazebo, toilet umum, dan untreat water alias air mentah...hebatttt!!!




makan siang dibox putih ada 4 potong sandwich, 1potong daging ayam, dan jeruk!!!makan gak abis..cuma sandwich 2 potong sm dada ayam goreng yang udah dingin...fiuuuh, sisanya gw kasih tupai, bajing dan berang2 yang lewat..



badan udah mulai kedinginan, kaos udah mulai kering takut masuk angin gw inisiatif brangkat duluan, sementara Dio tidur siang ditengah jalur...jalan masih tetap terjal namun jelas terawat.. vegetasi sudah mulai jarang, tumbuhan tingginya gak lebih dr kepala...panas matahari disapu dinginnya angin gunung bikin perjalanan gak terlalu berat. sepanjang perjalanan tiap saat nyapa bule2 dari seantero dunia, ada orang jepang, amrik dan denmark. poto2 buat bukti orang rumah.




kenalan sm bule2 dari yunani dan negara viking!.. mreka travelling sluruh dunia gak tanggung2 , selama setahun penuh...beberapa tertarik ke indonesia dan gw crita ttg bbrp gunung dan pantai yang harus mreka kunjungi kalau berniat ke Indonesia


gak kerasa hampir 3.5jam gw trekking jam tangan G-shock gw nunjuk 2.30pm...Laban Rata Hut "the one only resto and lodging at 3300 mdpl" udah klihatan...alhamdulillah


masuk ke Laban Rata, langsung buka baju...ganti baju kering, mesen teh manis panas.. sayang gak ada pisang goreng hehe...istirahat dan poto2 sama kawan2 bule...tim Karash yang lain dtg satu persatu..ada yang cepat ada yang lambat..bahkan ada juga yang berceceran smp trakhir...makanan di Laban resto udah mau habis.. gw asik poto2 sang mentari mulai ngumpet dari Laban Rata..."another great moment"


abis makan malam di Laban Rata, lanjut ke pnginapan di Gunting Lagadan Hut...istirahat dan sbelumnya nyiapin outdoor gear buat summit attack jam 1.00 malam nanti!!




Summit Attack - find your brave moment!!!!


jam 00.00 orang gila ngebangunin tim smua....gw yang gak bisa tidur karena kdinginan lngsung inisiatif bikin p*pmie panas dan teh manis hanget campur jahe tumbuk...hhmmm angett badan!!pake baju lapis 2, pake jaket lapis 2 , balaclava, headlamp, warm gloves, smua ready!!!poto2 dulu brg tim, nunggu guide Kinabalu...



02.00 mulai start dari Lagadan Hut untuk serangan fajar!!!hari masih gelap..headlamps sngat ngebantu pndakian ke puncak Kinabalu ini, jalur utama berbatu, granodiorite complex, keras massive dan hitam pekat. tambah seru karna sedikit lewat jalur berbahaya via ferrata yang mesti pakai tali karna kmiringan bs mencapai 80 degree, terang bulan mlm itu juga membantu..headlamps gw matikan buat hemat batrai.. lewat Sayap2 Point, name tag kita di cek ulang sama petugasnya.. selepas shelter itu istirahat di Lapangan Granodiorite sejauh mata memandang cuma batu dan batu!!!i loved it



hmmm...semakin lama jalur semakin menanjak....satu persatu ktinggalan dibelakang karena perbedaan fisik tiap orang, ada yang kuat kakinya ada yang kuat dengkulnya, ada yang letoy dua2nya..ada yang kuat napasnya (mungkin karna gede lobang idungnya) ada juga yang napasnya senen kamisss ....itu smua bisa jadi karna proses aklimatisasi dan affect by mountain sickness yg juga mmpengaruhi tiap2 orang...




untungnya gw masih normal , 1-2 detik melangkah... 3-5 menit istirahat, napas udah mulai sussah..sesak...namun masih bisa bertahan!!gw lihat kbelakang para pendaki lain yng jumlahnya ratusan itu merayap perlahan2 dan cahaya headtorchnya sperti kunang2 yang berbaris menuju puncak impian mreka...



shitt....jalur batu itu sperti gak ada habisnya. tali yang petugas tandai untuk sepanjang perjalanan juga gak ada putusnya....fiiiuuuhh, garis lurus kanan kiri puncak...namun kita menuju puncak tertinggi didepan kita...batu2 yang mnumpuk scatter, 10 menit terakhir gw paksa kaki untuk terus bergerak dan bergerak...akhirnya jam 4.30 pagi skali gw menjadi 3orang pertama yang smp puncak Kinabalu Lowes Peak 4095 metre above sea level...alhamdulillah walaupun kdinginan namun mesti bersyukur, bersyujud dan tidak lupa berdoa.

nunggu sunrise kdinginan....shitt!! gini ternyata kalau kcepetan smp puncak...angin yang dingin mncapai 2 derajat mnusuk hingga ke sumsum tulang....bbbrrrhhhhh, gw cuma bisa meringkuk dibalik batu2 besar sambil mncoba memejamkan mata sejenak mlupakan dnginnya malam, angin dan batu puncak Kinabalu. sambil mnunggu sang mentari mnyelamatkan. 



Pelukan Sunrise dari Timur - hangatnya mengalahkan segalanya....


jam tangan Gshock kuno gw mnunjuk ke stengah6..perlahan sang mentari mulai klihatan mngintip dari ufuknya....oranye atau jingga warna jubahnya mulai mnyadarkan gw untuk berdiri dan pasang gaya terbaik "poto2" 




gw ambil posisi hunting tepat di pinggiran timur crater Kinabalu!!jeprat jepret ....Nikon beraksi..poto sunrise dengan angle dan parameter terbaik...bruntung bgt cuaca cerah, bahkan bulan masih terlihat enggan buat pergi dari pandangan para pendaki pagi hari itu....




skitar jam 07.00. cukup poto dan interaksi di Lowes Peak. saatnya turun ke Laban Rata Hut..sarapan...lanjut climb down the mountain!!!as ussual.."gw lari"...sepatu Karrimor  gw yang extra light mmbuat perjalanan gw mudah...yang tadinya hiking skitar 3.5jam gw bisa babat dengan 1.5 jam saja...skali lagi alhamdulillah dengkul gw gak copot dan masih sanggup nahan beban

Fairygarden Cottages ; go home and remind every step that i took. Kinabalu!!!!!


sampai kaki gunung, sudah siang.....cukup lama gw nunggu tim yang lain dengan ngrokok aja sepuasnya....skitar jam 4an baru mreka terkumpul...diantar bus ke peristirahatan Fairy Garden resort, makan siang disana...makan malam bersama tim di Kinabalu Balsam Resto...bagi2 sertifikat pendakian, poto2....lanjut ke hotel untuk istirahat lagi....malam terakhir di negeri sebrang!!



besoknya stelah sarapan, naik bus pariwisata sopir Maluku, mnuju Kota Kinabalu.. .. beli kaos gunung buat gw, buat kawan2 gunung gw dijakarta



Sorenya...makan KF* "no spicy sauce" di airport dulu ditrakttir sm brader dr Karash; take off pesawat jam 10an...smp jakarta sudah tengah malam...yeaaahhhh...back to real life!!


kematian tidak dipercepat dengan naik gunung dan tidak pula diperlambat denga tidak naik gunung; yakinlah Tuhan slalu bersama para pemberani!!"



-PENDAKI LEMOT, 2010-